BPBD Kab. HSS, Kandangan Selasa 27 Februari 2024
Sobat BPBD KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RISIKONYA, Yuk kita simak Laporan EWS Banjir hari ini Pukul 08.00 Wita dari wilayah Stasiun Pagar Haur – EWS Stasiun Kantor BPBD HSS, tercatat Level Air Dalam Keadaan Aman.

“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Selasa 27 Februari 2024
Halo Sobat BPBD, KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RISIKONYA, dan sebelum kita memulai aktifitas hari ini, ada baiknya cek dulu prakiraan cuaca, dan prakiraan gelombang wilayah Kalimantan Selatan untuk hari ini dalam rangka kesiapsiagaan kita terhadap bencana, sebagai berikut:



Sumber : Instagram @cuacakalsel
“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Senin 26 Februari 2024
Sobat BPBD KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RESIKONYA, Yuk simak informasi PRAKIRAAN CURAH HUJAN DAN PRAKIRAAN SIFAT HUJAN di Kabupaten Hulu Sungai Selatan untuk bulan Maret 2024 dari BMKG (Buletin Iklim Kalimantan Selatan Januari 2024 VOL. LI NO.01) :




“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Senin 26 Februari 2024
Sobat BPBD KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RESIKONYA, Yuk simak SIARAN PRES dari BMKG untuk kita semua:

JAKARTA (25 Februari 2024) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem selama periode pancaroba (peralihan musim-red) yang diprakirakan berlangsung pada bulan Maret – April 2024.
“Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Minggu (25/2/2024).
Dwikorita menyampaikan, berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia. Hal ini, kata dia, mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April.
Diterangkan Dwikorita, salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.
Karakteristik hujan pada periode ini, lanjut Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.
“Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas,” paparnya.
“Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” tambah dia.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa berdasarkan monitoring yang dilakukan BMKG, terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat/angin kencang di wilayah Indonesia. Diantaranya yaitu pertama, aktivitas monsun asia yang masih dominan.
Kedua, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia pada beberapa pekan kedepan. Selanjutnya, ketua adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.
“Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan dalam menghadapi kondisi cuaca yang cepat berubah setiap harinya akibat pancaroba. Cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari/hujan seperti payung, topi, atau jas hujan.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menambahkan saat memasuki pergantian musim, potensi terjadinya angin puting beliung juga ikut meningkat. Karenanya, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada dan senantiasa mengupdate informasi dan Peringatan Dini cuaca yang dikeluarkan oleh otoritas resmi BMKG. (*)
Biro Hukum dan Organisasi
Bagian Hubungan Masyarakat
Sumber : Instagram : @infoBMKG
“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Senin 26 Februari 2024
Sobat BPBD KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RESIKONYA, Yuk simak lagi leaflet dibawah ini untuk pengetahuan kita dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana Tanah Longsor, terutama untuk masyarakat yang beraktivitas di Kecamatan Padang Batung, Kecamatan Loksado, dan Kecamatan Telaga Langsat. Dan berdasarkan prakiraan dari BMKG wilayah kita masih musim penghujan pada bulan Februari 2024 ini. Kami mengingatkan kembali bahwa terjadinya Tanah Longsor karena akibat banyaknya air (hujan) yang masuk ke dalam tanah di daerah lereng yang tinggi.


“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Senin 26 Februari 2024
Sobat BPBD KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RISIKONYA, Yuk kita simak Laporan EWS Banjir hari ini Senin 26 Februari 2024 Pukul 09.00 Wita dari wilayah Stasiun Pagar Haur – EWS Stasiun Kantor BPBD HSS, tercatat Level Air Dalam Keadaan Aman.

“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Senin 26 Februari 2024.
Sobat BPBD KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RISIKONYA, Yuk simak informasi Pemantauan Keadaan Sungai Loksado, Sungai Amanit (Desa Jelatang) Sungai Kalumpang, Sungai Simpur, Bendungan Telaga Langsat, dan Sungai Daha Selatan pada pagi hari ini melalui laporan Relawan TRC Kecamatan dan dilaporkan level air dalam keadaan Aman terkendali.










“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Senin 26 Februari 2024
Halo Sobat BPBD, KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RISIKONYA, dan sebelum kita memulai aktifitas hari ini, ada baiknya cek dulu prakiraan cuaca, dan prakiraan gelombang wilayah Kalimantan Selatan untuk hari ini dalam rangka kesiapsiagaan kita terhadap bencana, sebagai berikut:



Sumber : Instagram @cuacakalsel
“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Senin 26 Februari 2024
Halo Sobat BPBD KENALI BAHAYANYA DAN KURANGI RISIKONYA, Yuk kita simak bersama informasi seputar Indeks Ultraviolet Sinar Matahari (UV) untuk hari ini:








Sumber : Instagram @bmkg
“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS
BPBD Kab. HSS, Kandangan Jum’at 23 Februari 2024
Sobat BPBD, Bersama ini kami informasikan tentang Potensi Ancaman Bencana dari BNPB, seperti berikut ini:
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain :
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera ? Jawa – Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk, 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya. Meskipun pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem. Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko bencana.
Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam etnis, kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan kebijakan dan pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial. Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat yang dapat berkembang menjadi bencana nasional.










Demikian informasi ini kami sampaikan, semoga kita semua tenang dan tetap waspada. Ketemu lagi informasi lain yang akan datang (file Penyuluh Bencana).
BAHAYANYA DAN KURANGI RESIKONYA
“Kami Siap Untuk Selamat”
SALAM TANGGUH SALAM KEMANUSIAAN – BPBD Kab. HSS